Media Ular Tangga Sebagai Pembelajaran PAI Yang Menyenangkan
Sudah selayaknya belajar itu harus menyenangkan, karena dengan perasaan
senang segalanya bisa diarahkan. Dalam kegiatan belajar mengajar ,baik di dalam
maupun di luar kelas seorang murid membutuhkan konsentrasi yang baik dalam
menerima pelajaran yang diajarkan oleh guru di bidangnya masing – masing.
Baiklah, dalam pembelajaran kita kali ini khususnya di materi Pendidikan Agama
Islam yang diajarkan, saya hanya
berusaha agar seorang murid secara individu ataupun berkelompok mampu menerima
pelajaran atau materi dengan mudah. Oleh karena itu sebagus apapun metode yang digunakan dan sehebat apapun guru dalam memberi bimbingan,
namun jika tidak didukung dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kadar
kemampuan anak didiknya maka hasilnyapun kurang maksimal. Seyogyanya kita hanya
berusaha untuk tidak membuang sia – sia
efektifitas belajar sebelum ilmu itu berhasil diamalkan. Disini sedikit
bisa kita pahami bahwa ketiga unsur yakni metode yang bagus , guru yang ulet,
dan media pembelajaran yang baik adalah tiga rangkaian yang tidak bisa
dipisahkan dalam perbaikan kualitas kegiatan belajar mengajar. Sebagai manusia
pembelajar kita tidak bisa memungkiri hal demikian disetiap kegiatan belajar
mengajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Disini saya hanya mengutip media pembelajaran yang saya beri nama “Media
Ular Tangga”. Sebenarnya media ular tangga ini terinspirasi dari kegiatan
bermain anak – anak yang bahannya mudah dan biasa dijual oleh pedagang kaki
lima sewaktu penulis duduk di bangku Sekolah Dasar dulu ( sekitar tahun 1994,
seingat penulis ). Bentuknya pun simpel seperti banyak kolom diberi nomor ada
beberapa bergambar ular dan tangga sedikit unik. Dan ada simbol yang dapat
dipahami dengan mudah, dan setiap anak punya koin atau alat penanda dan ada benda
kubus berupa dadu yang diputar / dilempar secara bergiliran. Itulah sedikit
gambaran permainan ular tangga yang sekiranya dijelaskan disini akan sulit
untuk dipahami kecuali jika langsung dipraktekkan.
Kembali kepada media ular tangga ini, penulis hanya menambahkan kalimat –
kalimat perintah melewati papan yang dipakai dan juga kartu yang disediakan.
Atau bahan lain yang dikombinasikan dengan pelajaran dibuat menyenangkan, namun
anak – anak tetap diharuskan membawa buku materi ajar sebagai bahan pertanyaan
dan jawaban. Jika perintah pertanyaan tidak dapat diselesaikan oleh individu
maka harus diselesaikan secara kolektif melalui buku ajar tersebut . Pada
intinya buku materi adalah bahan rekomendasi / redaksi yang menjadi tumpuan
belajar anak – anak. Pada media ini, siswa dituntut untuk menyumbangkan
pemikirannya melalui hal – hal sebagai berikut :
- Membuat materi pertanyaan sesuai bab yang diajarkan atau yang
diperintahkan gurunya.
- Membuat pesan – pesan yang mengarah pada bab yang diajarkan atau
membuat sebuah simbol kalimat hukuman yang bersifat pelajaran
( baik menghafal ayat al quran, al hadits atau materi yang diajarkan ).
- Bebas berekspresi membuatnya sendiri dan menampilkan medianya sesuai
keinginan namun tidak terlepas dari materi yang diajarkan dan beretika.
Nah, dari ketiga unsur tersebut tentu akan lebih menarik jika diarahkan oleh guru pembimbingnya secara periodik, kreatif dan inovatif. Pada dasarnya media pembelajaran ular tangga ini akan lebih bervariasi dan berkembang setelah guru dan murid bekerja sama dan saling mengevaluasi cara pemakaian media tersebut.
Dari sekian percobaan – percobaan media ular tangga ini yang pernah saya pakai di SDN MULYOREJO 1 Malang ( tahun 2023 ). Ada beberapa efek yang ditimbulkan yang bisa disimpulkan yakni sebagai berikut :
1.
Siswa mampu membuat sebuah catatan khusus; pertanyaan penting pada bab atau materi yang dipelajari.
2.
Siswa mampu menunjukkan kemampuan percaya diri untuk mendemonstrasikan
semua pertanyaan.
3.
Siswa mampu beradu argumen jika salah satu diantara teman yang memberikan
keterangan kurang tepat atau tidak sportif.
4.
Semua siswa punya peranan penting secara keseluruhan (jadi tidak ada yang
paling penting namun semuanya penting ).
5.
Siswa yang pasif akan berubah menjadi Aktif manakala satu sama lain punya
tanggung jawab yang sama. Yang pada akhirnya mau bekerja sama secara
berkelompok.
6.
Kompetensi siswa akan bisa dilihat juga oleh teman sepermainan di media ini
secara obyektif. Dikatakan obyektif karena hasil dari kesepakatan kelompoknya
dalam memberikan sebuah jawaban dan pertanyaan ( close atau open book ) maupun
konsekwensi hukuman dari permainan ini.
7.
Seorang pembimbing dapat mengawasi dan mengendalikan cara belajar siswa
melalui media ini secara langsung maupun tidak langsung. Dan tak kalah pentingnya
guru dengan mudah memberikan sebuah penilaian dan apresiasi bagi siswa yang
punya nilai tertinggi.
Selengkapnya bisa disimak di https://youtu.be/31Iw0UqjIV0?feature=shared