Dinamika Guru dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
Sepintas judul
diatas terlihat bahwa adanya kebutuhan terkait urgensi rencana yang paling
utama dalam menyongsong perkembangan zaman. Guru sebagai cikal bakal peradapan
manusia, yang selalu berhadapan paling depan berperang dalam mengusir kebodohan
harus ditempatkan pada posisi yang mulia. Sekilas melihat sejarah ketika itu
setelah Jepang di Bom Atom oleh sekutu di Hiroshima dan Nagasaki, akhirnya
Pangeran Hirohito kala itu menanyakan berapa jumlah guru yang ada.
Terlepas dari hal ini perlu kita sadari
bahwa betapa pentingnya dedikasi guru untuk dapat membuat sebuah kemajuan
bangsa. Seiring dengan perkembangan zaman kini Jepang sudah menjadi negara
Maju. Hal ini sebagai instrospeksi keberadaan pendidikan kita dimana terlihat
dalam sebuah goncangan yang butuh sebuah keberanian kebijakan yang dapat kuat
diterjang oleh hantaman dan rintangan.
Kita lihat dimasa Covid 19 melanda
dedikasi guru untuk pergi ke sekolah berperang bukan mengusir penjajah secara
fisik tetapi berperang untuk mengusir kebodohan. Dimana anak yang tidak bisa
membaca harus bisa membaca, dimana anak yang rindu keberadaan sosok yang
menghantarkan kepada prestasinya, dimana seorang ayah, ibu untuk bergerak
bersama mencapai tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Jangan ditanyakan lagi
dedikasinya, secanggih teknologi apapun tidak akan bisa menggantikan seorang
Guru. Teknologi hanyalah alat yang pasti tidak memiliki empati dan simpati
bahkan tidak bisa mendoakan kebahagiaan muridnya, tetapi dengan hadirnya Guru
yang ikhlas, peduli dan berdedikasi akan membuat terangnya dunia bahkan sampai
kehidupan diakherat kelak.
Untuk itu berbagai dinamika Guru harus
segera diatasi di negara yang besar ini. Kesejahteraan Guru jangan dijadikan
sebuah wacana dan wacana saja, meskipun kurikulum pendidikan juga terus
berproses dan berproses. Seberapa besar Negara membayar gaji Guru tidak akan
bisa membayarnya karena dedikasi tidak akan bisa dibeli dengan angka-angka
nominal. Akan tetapi meskipun begitu sepantasnya posisi terdepan prioritas yang
utama harus Pendidikan. Kita lihat peristiwa dari penurunan firman Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW pada dasarnya ayat pertama turun adalah Iqro' yang
artinya bacalah. Dengan melalui Malaikat
Jibril yang menuntun Nabi Muhammad SAW, akhirnya sampai kini berbagai ilmu
pengetahuan lahir dari sebuah peradapan manusia.
Hari ini proses perekrutan Guru khususnya
Sekolah Negeri tengah berlangsung dan sudah tercatat hampir mendekati 1 juta
Guru yang diangkat menjadi P3K, akan tetapi berapa banyak juga yang belum
berstatus P3K. Harusnya Guru khususnya Guru Negeri tidak perlu ada perbedaan
status disamakan saja menjadi satu berstatus Pegawai Negeri Sipil. Sebagai
bentuk Negara menghargai dedikasi seorang Guru. Tidak akan berkurang Pendapatan
Negara yang besar ini dengan mensejahterakan Guru. Bahkan nantinya akan lebih
berkah lagi. Kita lihat masih ada Guru yang belum sejahtera dimana-mana dan itu
harus dibutuhkan kepedulian Negara mulai dari tingkat pusat sampai daerah. Bagaimana
jika profesi guru tidak lagi diminati karena mungkin tidak bisa diharapkan.
Oleh karena itu sebaiknya dalam pengelolaan Sumber Daya Alam yang menghasilkan
pendapatan Negara haruslah dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya dengan
memprioritaskan Pendidikan dan tetap berwawasan lingkungan.
Disaat Negara lain sudah menuju kemajuan
kita masih berkutat dengan dinamika Guru itu sendiri. Oleh karena itu semoga
dengan seiring perkembangan teknologi, dapatlah disikapi bahwa teknologi
hanyalah sebuah alat mempermudah aktivitas saja, tetapi eksistensi seorang guru
juga harus diperhatikan. Pengelolaan Sumber Daya Alam juga dapat diselaraskan
dengan Pendidikan yang juga ramah lingkungan. Karena eksistensi Lingkungan juga
bagian yang tak terpisahkan dari instrumen Pendidikan.
Peran serta Guru dalam membangun peradapan begitu besar. Kita lihat negara yang telah maju di Dunia sebagai muhasabah bahwa Pendidikan memang dimulai sejak dini. Bukan prestasi juara saja yang kita raih tapi seberapa besar manfaat pendidikan yang sudah diperoleh. Anak SD yang belum bisa membaca kemudian setelah diajarkan menulis dan membaca oleh Guru SD nya sudah dapat dikatakan suatu prestasi seorang Guru. Dari tangan seorang Guru yang ikhlas, berdedikasi mengorbankan waktu dan tenaga untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tujuan yang mulia.
Oleh karena itu sekecil apapun tugas guru, dimanapun letak tugasnya mereka adalah seorang Pahlawan Bangsa. Bangsa yang besar adalah Bangsa yang juga menghargai seorang Guru, tanpa menghargai seorang Guru, niscaya tidak akan ada keberkahan didalamnya. Guru bisa mendoakan kesuksesan muridnya, Guru bisa Empati dan Simpati bahkan menginkan muridnya lebih baik dari dirinya. Teknologi hanyalah suatu alat untuk mempermudah manusia saja, tanpa Guru juga teknologi bagaimana menggunakannya. Semoga di Bulan Guru ini yang dicanangkan dan bertema Guru Hebat, Indonesia Kuat selalu diberkahi dengan keberkahan.
Penulis : Muchamad Indra Sudarmawan, S. HI, M. Pd (Guru PAI SDN Purwantoro 6 Kota Malang)
Editor : Admin KKG PAI Kota Malang