Chanel Youtube


Mengajar Murid Slow-Learner Ala Imam Syafi’i

 


Orang tua di masa modern saat ini mulai khawatir jika anaknya mengalami progres yang lambat dalam belajar. Ada baiknya orang tua dan tenaga pendidik menahan diri untuk tidak segera menghakimi atau memberikan label kepada anak sebagai “anak bodoh” atau sebutan sejenisnya. Mungkin sudah saatnya kita mempertimbangkan “apakah anak/siswa kita termasuk slow learner?”.

Slow learner atau pembelajar yang lambat adalah individu yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami suatu konsep. Individu dalam hal ini anak atau siswa tetap berkembang sama seperti anak sebayanya, namun kecepatan untuk memproses informasi yang lebih lambat.

Ciri-Ciri Anak atau Siswa Slow Learner

Kita perlu memahami ciri-ciri anak atau siswa slow learner sebagai berikut:

  • Cukup dewasa dalam berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain.
  • Memiliki sifat yang emosional, sensitif, dan polos.
  • Kemampuan konsentrasi yang buruk dan rentang perhatian untuk fokus yang pendek.
  • Lebih suka mempelajari sesuatu dengan kecepatan mereka sendiri.
  • Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguasai suatu kemampuan atau keterampilan.
  • Tidak menunjukkan ketertarikan dengan tujuan yang bersifat jangka panjang.

 

Anak yang termasuk slow learner mungkin jauh lebih lambat dalam mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan usianya. Namun, seiring berjalannya waktu perkembangan mereka akan seimbang. Selain itu anak slow learner menunjukkan kemampuan berpikir yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Tetapi, mereka dapat mahir dalam melakukan tugas dan keterampilan tertentu. Dengan dukungan dari orang tua dan guru, seorang anak yang slow learner dapat menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Tips untuk Mengatasi dan Membantu Anak Slow Learner

Jika anak atau siswa menunjukkan ciri-ciri slow learner, ada beberapa tips untuk membantu perkembangan mereka berikut ini:

1. Berikan pujian dan hadiah

Jika anak meraih pencapaian sekecil apapun, berikanlah pujian kepada anak atas usaha yang ia lakukan untuk meraih pencapaian tersebut. Anda juga bisa memberikan hadiah jika anak meraih pencapaian yang sulit.

2. Mengizinkan untuk menggunakan alat bantu pengingat

Izinkan anak untuk menggunakan alat bantu pengingat seperti catatan tempel (post-it) di komputer, kalkulator, dan lain-lainnya.

3. Berkomunikasi secara lisan

Memperbanyak komunikasi secara lisan kepada anak dapat membantu perkembangan anak slow learner. Anda dapat memberikan instruksi atau tugas yang mudah dan sesuai dengan kompetensinya.

4. Ekspektasi yang realistis

Sebagai orang tua tentunya mengharapkan anak dapat bersinar atau unggul dalam segala hal yang dilakukannya. Padahal secara manusiawi, hal itu tidak mungkin terjadi. Tidak ada salahnya berharap, tapi harus cukup realistis.

5. Berkomunikasi dengan guru

Guru atau tenaga pendidik mempunyai peran yang besar dalam membesarkan anak-anak yang berpikir lambat.  berkomunikasi dengan guru agar dapat menyelaraskan metode belajar di sekolah beserta pengajarannya ke rumah secara efektif.

Dalam dunia yang saat ini sangat kompetitif, sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak. Namun, pengasuhan yang baik dari orang tua juga berperan dalam “mengusir” pikiran dan tekanan stres dari dunia yang kompetitif.

Jika anak atau siswa menunjukkan penurunan atau kehilangan minat dalam belajar, maka sebaiknya kita sebagai guru dan orang tua tidak serta merta mencap atau melabeli anak dengan ucapan yang buruk. Namun, perlu didekati untuk mengetahui permasalahan apa yang sedang dialami oleh anak. Karena bisa jadi hilangnya minat anak dalam belajar disebabkan anak menjadi individu slow learner.

Slow learner atau pembelajar yang lambat adalah individu yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami suatu konsep. Individu dalam hal ini anak atau siswa tetap berkembang sama seperti anak sebayanya, namun kecepatan untuk memproses informasi yang lebih lambat.

Dengan kata lain, anak atau siswa yang slow learner memiliki kemampuan kognitif di bawah rata-rata dan membutuhkan perjuangan yang lebih keras untuk menyamai proses teman sebayanya dalam kelas reguler.

Kita juga perlu mengetahui beberapa penyebab mengapa anak menjadi slow learner, antara lain:

1. Masalah kesehatan

Penyebab utama anak menjadi slow learner adalah adanya masalah kesehatan. Masalah-masalah seperti memiliki penglihatan yang buruk hingga pernah mengalami cedera otak akan berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan anak. Hal ini juga akan berpengaruh pada rasa kepercayaan diri anak hingga kemampuan untuk berinteraksi dalam masyarakat yang rendah.

2. Kekerasan di sekolah

Kekerasan di sekolah menjadi penyebab lain anak menjadi slow learner. Anak yang menjadi korban kekerasan akan memunculkan hingga mengembangkan rasa benci yang berdampak secara psikologis dalam kemampuan belajarnya.

Sehingga anak tidak dapat menunjukkan kemajuan apapun dalam bidang akademisnya. Akibatnya, hal ini menyebabkan masalah emosional dan meningkatkan sifat agresif, yang berdampak pula pada kemampuan kognitif anak.

3. Keberpihakan

Tidak menutup kemungkinan bahwa guru di sekolah menunjukkan keberpihakan kepada siswa tertentu, yang berdampak pada proses pembelajaran hingga anak membenci guru dan mata pelajarannya.

Hal ini pun juga dapat dilakukan oleh orang tua, karena bisa jadi perhatian orang tua terpecah dan secara tidak sengaja dan tidak disadari menunjukkan keberpihakan pada saudaranya yang lain dibandingkan dia.

4. Terlalu kaku atau kikuk

Orang tua yang terlalu protektif kepada anak dapat mengurangi kesempatan anak untuk berlatih atau mencoba hal yang baru, sehingga anak menjadi lebih canggung dibandingkan anak-anak lain yang seusianya. Sebagai contoh adalah ketika kita memberikan larangan atau membatasi anak dalam bermain dengan teman-temannya. Anak cenderung tidak bisa mengikuti permainan dan bisa dikeluarkan dari permainan tersebut.

Akibatnya anak akan menumbuhkan serta mengembangkan rasa rendah diri dan perlahan-lahan menarik diri dari teman-temannya.

5. Faktor orang tua

Ketika orang tua memiliki waktu yang sedikit atau bahkan tidak memiliki waktu luang untuk anak, maka anak akan merasa tidak aman dan merasa terisolasi atau sendirian. Anak tidak dapat menceritakan masalah-masalah yang ia hadapi di sekolah. Mereka malah menyimpan semua masalah-masalah itu di pikiran mereka hingga memunculkan rasa benci kepada pendidikan dan sekolah.

Orang tua yang tidak tahu apa-apa tentang pendidikan, bisa jadi tidak peduli dengan pendidikan anak mereka. Beberapa orang tua juga memaksa anaknya untuk mendapatkan nilai atau prestasi yang baik di sekolah. Jika tidak dapat mendapatkan hal tersebut, mereka memukuli anak yang justru memperburuk situasi terhambatnya proses belajar anak yang mungkin tidak dapat diperbaiki lagi.

Jika anak atau siswa menunjukkan penurunan atau kehilangan minat dalam belajar, maka sebaiknya kita sebagai guru dan orang tua tidak serta merta mencap atau melabeli anak dengan ucapan yang buruk. Namun, perlu didekati untuk mengetahui permasalahan apa yang sedang dialami oleh anak. Karena bisa jadi hilangnya minat anak dalam belajar disebabkan anak menjadi individu slow learner.

Sangat mengesankan pada apa yang ditulis oleh Imam Baihaqi dalam kitab Manaqib Imam Syafii,sebagai guru mengajar salah satu muridnya yang sangat lamban belajar dalam memahami Pelajaran. Sang murid itu Adalah Ar Rabi’bin Sulaiman,murid paling slow learning. Berkali-kali diterangkan oleh guru tak juga faham. Setelah menerangkan Pelajaran, Imam Syafi’I bertanya,

“Rabi’ Sudah faham belum?’

“ Belum faham, “jawab Rabi’.

Dengan kesabaranya, sang guru mengulang lagi pelajarannya, lalu ditanya Kembali, “sudah faham belum? Belum. Berulang diterangkan sampai 39x Rabi’ tak juga faham.

Merasa mengecewakan gurunya dan juga malu,Rabi’ pelan-pelan keluar dari majlis ilmu. Selesai memberi  Pelajaran Imam Syafii mencari Rabi’, melihat muridnya. Imam Syafii berkata, “Rabi’ kemarilah, datanglah ke rumah saya!”.

Sebagai seorang guru, sang Imam sangat memahami perasaan muridnya, maka beliau mengundang untuk belajar secara privat. Sang Imam mengajarkan Rabi’ secara privat, dan ditanya Kembali,” Sudah paham belum? Hasilnya Rabi’ bin Sulaiman tidak juga faham.

Apakah Imam Asy-Syafii berputus asa? Menghakimi Rabi’ bin Sulaiman sebagai murid bodoh? Sekali-kali tidak.begitu beliau berkata.

‘Muridku, sebatas inilah kemampuanku mengajarimu. Jika kau belum faham juga, maka berdoalah kepada Allah agar berkenan mengucurkan ilmu-Nya untukmu. Saya hanya menyampaikan ilmu.allh-lah yang memberikan ilmu. Andai ilmu yang aku ajarkan sesendok makanan, pastilah aku akan menyuapkan kepadamu.”

Tahukah kita? Rabi’ bin Sulaiman kemudian berkembang menjadi salah satu ulama besar Madzhab Syafii dan termasuk pewaris hadis yang sangat kredibel dan terpercaya dalam pewarisannya.

Sang slow learning bermetamorfosis menjadi seorang ulama besar. Inilah buah dari kesabaran Imam Asy Syafii dalam mengajar dan mendidik.

Ada beberapa poin penting dari kisah tersebut:

Ø  Kesabaran: Imam Syafi’I tidak pernah merasa gusar atau marah, meskipun muridnya tidak cepat faham.beliau tidak pernah mencela atau menganggap muridnya bodoh

Ø  Motivasi dan dukungan: beliau terus menjaelaskan Pelajaran dan bahkan memasukan nama Rabi’ dalam doanya.

Ø  Mengakui Batasan kemampuan: saat menyadari kemampuannya hanya sampai di situ, Imam Syafi’i tidak menyerah tetapi mendorong muridnya untuk berdoa. Beliau berkata, “Tugasku hanya menyampaikan ilm. Hanya Allah yang memberi ilmu”

Ø  Mengarahkan murinya untuk berdoa memohon pertolongan Allah agara diberi ilmu dan daya tangkap yang lebih baik

Ø  Mendoakan muridnya: Iman Syafi’I menyelipkan nama Rabi’ dalam doanya, menunjukan kepedulian dan dukungan spiritual nya.

Hasil dari metode Imam Syafi’i

1.      Ar-Rabi’ menjadi murid yang sangat raji berdoa dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu

2.   Ar-Rabi’ akhirnya menjadi salah satu ulama besar dan perawi hadis yang sangat terpercaya dalam mazhab Syafi’i

3.    Beliau bahkan dibercaya untuk membantu Imam Syafi’I menulis kitab-kitab penting seperti al-Umm dan ar-Risalah

Adakah kita para guru dan orang tua bisa meneladani kesabaran Imam syafii dalam mengajar? Berapa kuat kita meyakini bahwa tidak ada anak dan siswa yang bodoh?Sudahkah kita para guru dan orang tua memotivasi anak murid kita agar gigih berdoa kepada Allah Ta’ala?

Kita sebagai pendidik di era sekarang ini yang sangat kompleks, bagaimana seorang guru dan siswa berikhtiar dengan maksimal, lalu bertawakkal sepenuhnya kepada Allah Swt.

 

Oleh : Mauludiyah, S.Pd I

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url