Akhlak Anak Zaman Now Yang Menjadi Dilema Bagi Guru
Fenomena Siswa yang kurang menghormati gurunya sejak beberapa tahun terakhir membuat resah para guru, masyarakat di lingkungan sekolah maupun para orangtua. Bagaimana tidak, guru yang seharusnya menjadi contoh dan sebagai orangtua di sekolah justru menjadi bahan olok-olok bahkan dimaki-maki oleh siswa.
Peristiwa seorang siswa
yang berani mengucapkan kata-kata tidak pantas kepada gurunya merupakan fenomena
gunung es. Bisa jadi masih banyak kasus yang tidak tersorot oleh media.
Dalam hal ini, keluarga menjadi elemen yang
bertanggung jawab atas penanaman sikap sopan santun seorang anak. Bagaimana
anak menghormati orang yang lebih tua terjadi dalam keluarga, maupun orang yang
tak dikenalnya. Ketika keluarga tidak dapat menjalankan karakter luhur dengan
baik dalam keluarganya akhirnya anak-anak zaman now akan kehilangan orientasi
berbuat luhur.
Timbul
pertanyaan bersama mengapa anak-anak berbuat seperti ini ?
Ada beberapa penyebab untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Pertama, kurangnya pengetahuan agama Islam dari orang tua. Akibatnya
anak-anak hampir tidak bisa membedakan yang boleh dikerjakan dan yang mana yang
tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, tiada contoh teladan. Banyak peserta didik berbuat seperti itu
karena tidak ada yang dapat dijadikan contoh yang baik dalam pergaulan
sehari-hari, sehingga cenderung bersikap sesuka hati kepada siapa saja termasuk
kurang menghormati guru dan orang tua mereka sendiri.
Ketiga, cenderung meniru sosok yang tidak pantas, Siswa cenderung meniru
habis-habisan sosok yang diidolakan seperti bintang film barat, artis top dunia
yang suka gonta ganti pasangan yang budayanya sangat bertentangan dengan budaya
bangsa kita.
Keempat, suka main game online. Fenomena selama ini di mana-mana siswa
lebih banyak memegang HP di tangan daripada buku. Padalah mereka tidak
menyadari terlalu sering main game HP online bisa berakibat sangat berbahaya
bagi perkembangan pola pikir mereka. Mereka lebih terpana, terpesona, tersedot
perhatiannya pada game-game baru seperti Mobile Legend, Free Fire, Minecraft,
Game Player Unknown's Battlegrounds (PUBG) dan mobile yang lebih menarik dan
menantang daripada membahas pelajaran
Bila zaman dulu
guru leluasa bisa memukul siswa dengan rotan karena sudah berulang kali
diingati tidak didengar. Zaman sekarang dilema bagi guru. Tidak boleh lagi main
tangan dan melakukan kekerasan baik verbal maupun fisik karena dianggap
melanggar HAM anak. Ujung-ujungnya guru menjadi frustasi. Sebagai guru harga
dirinya jatuh di mata murid. Banyak guru akhirnya memilih masa bodoh dan cuek.
Mereka hanya berpikir yang penting sudah mengajar, masa bodoh dengan tingkah
laku anak.
Menyingkapi problematika
di atas tidak ada cara lain selain orang tua harus menanamkan pendidikan
karakter pada anak sejak usia dini. Allah swt berfirman: "Hai anakku,
dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah)." (QS. Luqman: 17). Alquran menjelaskan dengan tegas agar manusia
menyerukan dan menegakkan kebenaran dan menjauhkan perbuatan yang munkar
Selanjutnya,
orang tua seyogyanya ikut berperan dalam mendidik anak-anak mereka, selain itu
harus lebih tegas serta proaktif mengingatkan anaknya agar menghormati dan
menghargai guru saat berada di sekolah maupun di luar sekolah. Berikanlah
pemahaman dengan perkataan lemah lembut kepada anak bahwa seorang guru memiliki
beban berat dalam dunia pendidikan, yakni bagaimana caranya menempa peserta
didik menjadi baik dan cerdas.
Jika hanya
menyerahkan pendidikan kepada guru saja, sampai kapan pun mental dan karakter
si anak tidak akan berubah ke arah yang lebih baik. Jika keikutsertaan orangtua
dalam mendidik anak secara tegas, maka mental dan karakter akan tertempa,
bahkan menghormati orang lain, khususnya guru sebagai pengganti orang tua selama
di sekolah.
Penulis : Didik Anam Subchan, S.Pd I
(Guru PAI SD al-Kautsar)