Chanel Youtube


PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI MENAJAMKAN POTENSI PESERTA DIDIK

 


Berbicara tentang kurikulum merdeka, maka tidak lepas dengan pembahasan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan pada peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran, tapi juga fokus pada proses dan konten/materi pembelajaran. Jika kita menengok kembali proses pembelajaran dahulu dan mungkin sampai sekarang ini, pendidikan di Indonesia masih belum banyak perubahan. Banyak yang masih menerapkan sistem pembelajaran lama yang beranggapan bahwa semua anak adalah sama, lebih berpusat pada guru (teacher center), tanpa memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan berkolaborasi dalam belajar. Pendidikan tidak hanya sebatas transfer of knowledge saja. Perkembangan paradigma pendidikan yang lebih humanism, dengan lahirnya pendidikan yang merdeka belajar memberikan peluang bagi semua anak dalam mendapatkan pendidikan yang bermakna. Memberikan perhatian dan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing peserta didiknya.


Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 30 cara yang berbeda untuk mengajar 30 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus menghampiri setiap anak untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.


Kritik untuk dunia pendidikan juga pernah diungkapkan oleh seorang ilmuan yaitu Albert Enstein. Enstein mengungkapkan argumentasinya terkait dengan bakat dan minat masing-masing manusia dan memberikan ilustrasi atau gambaran sebagai berikut: “Semua orang adalah jenius, namun jika anda memandang seekor ikan berdasarkan kemampuan memanjat pohon, maka selamanya ikan itu akan merasa bodoh karena tidak bisa memanjatnya”. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi dan bakatnya masing-masing sesuai dengan bagaimana dan dimana manusia tersebut memperoleh pengalaman dan kematangan berfikir. Dengan demikian, substansi dari pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memfasilitasi semua perbedaan yang dimiliki peserta didik secara terbuka dengan kebutuhan-kebutuhan yang akan dicapai oleh peserta didik.


Model pembelajaran berdiferensiasi terdapat tiga strategi diferensiasi diantaranya;

(1)   Difefensiasi konten, konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadapa kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya. Guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid,

(2)   Diferensiasi proses, proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa yang dipelajari. Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan cara: (a) menggunakan kegiatan berjenjang, (b) menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan di sudut-sudut minat, (c) membuat agenda individual untuk murid (daftar tugas, memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas, dan (d) mengembangkan kegiatan bervariasi.

(3)   Diferensiasi produk. Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid kepada kita (karangan, pidato, rekaman, diagram) atau sesuatu yang ada wujudnya. Produk yang diberikan meliputi 2 hal yaitu memberikan tantangan dan keragaman atau variasi dan memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan.


Mengapa harus pembelajaran diferensiasi?

Pembelajaran berdiferensiasi ada untuk memastikan bahwa setiap peserta didik mendapatkan kesempatan untuk belajar secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing.

Tujuan Pembelajaran Berdiferensiasi Secara umum, pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk mengakomodir pembelajaran peserta didik dengan memperhatikan minat belajar, kesiapan belajar, dan preferensi belajar.


Secara khusus, pembelajaran berdiferensiasi diharapkan dapat:

(1) Untuk membantu semua peserta didik dalam belajar. Agar guru bisa meningkatkan kesadaran terhadap kemampu-an peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh seluruh peserta didik,

(2) Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. Agar peserta didik memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tingkat kesulitan materi yang diberikan guru. Jika peserta didik dibelajarkan sesuai dengan kemampuannya maka motivasi belajar peserta didik meningkat,

(3) Untuk menjalin hubungan yang harmonis guru dan peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi meningkatkan relasi yang kuat antara guru dan peserta didik sehingga peserta didik semangat untuk belajar,

(4) Untuk membantu peserta didik menjadi pelajar yang mandiri. Jika peserta didik dibelajarkan secara mandiri, maka peserta didik terbiasa dan menghargai keberagaman,

(5) Mendorong Perkembangan Keterampilan Berpikir Kritis.  Baik guru maupun peserta didik akan mendapatkan stimulus maupun tantangan dalam pembelajaran yag diharapkan dapat merangsang ketrampilan berpikir kritis.

(6) Meningkatkan kompetensi guru. Jika guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, maka guru merasa tertantang untuk mengembangkan kemampuan mengajarnya sehingga guru menjadi kreatif.

 

Bagaimanakah guru PAI menjawab tantangan pembelajaran yang ada?

Sebagai guru PAI harus mengikuti perkembangan yang ada dan bisa mengakomodir keberagaman potensi yang dimiliki peserta didikmelalui pembelajaran yang kreatif dan inovatif.


Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan dengan cara membedakan konten, proses, produk, dan lingkungan belajar. Contoh penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat dijelaskan sebagai berikut.


Penulis sebagai guru PAI dan Budi Pekerti kelas V pada Fase C mengajarkan materi Q.S. Al Maun. Setelah melakukan analisis profil (gaya) belajar dan kebutuhan peserta didik, guru memberikan materi sesuai dengan profil belajar tersebut. Bagi tipe audio visual, materi bisa melalui video pembelajaran. Untuk tipe kinestetik, bisa dengan mengobservasi lingkungan sekitar. Sedangkan tipe audio, bisa dengan mendengarkan lagu/video tentang Q.S Al Maun. Dengan memberikan materi melalui video, observasi lingkungan sekitar, dan bernyanyi, maka kebutuhan peserta didik akan visual, kinestetik, dan audio terpenuhi.


Guru juga dapat melakukan studi banding pada sekolah yang sudah menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Bisa juga disikapi dengan bekerjasama dalam komunitas GPAI/KKGPAI di tingkat gugus, kecamatan, kota maupun kegiatan online. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat menunjukkan beragam contoh bagaimana menerapkan nilai-nilai moral dan etika Islam dalam berbagai konteks kehidupan. Hal ini dapat membantu peserta didik memahami dan menginternalisasikan akhlak mulia. Peserta didik dapat berbagi pengalaman, pendapat, dan pandangan tentang situasi kehidupan yang memerlukan pengambilan keputusan moral.


Selain itu, perlu dipahami bahwa Guru PAI harus melakukan berbagai upaya dalam pengembangan pembelajaran yang bersifat adoptif, adaptif, kreatif, dan inovatif. Tujuannya agar materi yang diberikan dapat dipahami sesuai dengan yang diharapkan dengan tetap mengedepankan nilai-nilai ilahiah yang terimplementasi dalam akhlak peserta didik sehari-hari baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Akhirnya, marilah sebagai guru PAI kita selalui mengikuti perkembangan pendidikan dan jangan takut dengan perubahan, selalu siap dengan tantangan yang ada di dunia pendidikan.


Penulis : Umi Latifah, S.Pd I


Next Post Previous Post
11 Comments
  • sumarni72
    sumarni72 25 Agustus 2024 pukul 18.23

    Untuk dapat mengimplementasikan, diperlukan effort yang luar biasa. Selama pembelajaran berfokus untuk siswa, tidak ada sesuatu yang sulit.

    • Umil77
      Umil77 26 Agustus 2024 pukul 20.21

      SiapπŸ™

  • P..Didik
    P..Didik 25 Agustus 2024 pukul 18.33

    Setelah diuraikan secara gamblang oleh b. Nyai semakin faham lah kita, terima ksh pencerahnya ya b. Nyai Umi Lativah

    • Umil77
      Umil77 26 Agustus 2024 pukul 20.22

      Mugi manfaat...πŸ™

    • Umil77
      Umil77 26 Agustus 2024 pukul 20.23

      Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

  • Andriy
    Andriy 25 Agustus 2024 pukul 20.43

    Pembelajaran yang berpusat pada kebutuhan & keadaan peserta didik memang seharusnya dilakukan, karena masing-masing peserta didik memiliki kondisi, potensi & minat yang berbeda..
    Bagus artikelnya..
    Semangat perubahan..

    • Umil77
      Umil77 26 Agustus 2024 pukul 20.22

      πŸ™

  • Susi69
    Susi69 26 Agustus 2024 pukul 21.43

    Artikelnya bagus, sesuai dg tujuan kurmer yg sedang diterapkan saat ini, smoga bisa memotivasi dan menginspirasi .....terus berkarya dan semangat

    • Umil77
      Umil77 26 Agustus 2024 pukul 22.31

      πŸ™πŸ™πŸ™

  • Muhammad Muttaqin
    Muhammad Muttaqin 1 September 2024 pukul 21.03

    Tidak hanya guru kelas dan guru mapel umum, Guru PAI juga harus juga berkreasi dan berinovasi untuk kemajuan generasi bangsa masa depan.

  • Mauludiyah
    Mauludiyah 3 September 2024 pukul 05.14

    Ilmunya sangat mantap sekali.jadi ter inspirasi.kmrn sy juga mencoba mempraktikan ke peserta didik.
    Mereka dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masing-masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya.

Add Comment
comment url