Bergerak! Jati Diri Akan Tampak
![]() |
Desain by canva |
Gerak atau gerakan, dalam konteks
yang paling umum, merujuk pada perubahan posisi atau kedudukan suatu benda
atau entitas. Secara lebih spesifik, gerak dapat merujuk pada tindakan
tubuh untuk menyampaikan suatu makna, baik secara spontan maupun terencana.
Di tengah diamnya dunia dan cepatnya arus
perubahan, manusia kerap kehilangan pijakan tentang siapa dirinya. Ia hadir
namun tidak benar-benar ada; hidup namun tidak tampak. Dalam konteks ini, “gerakan”
baik dalam bentuk fisik, ide, “maupun karya”. menjadi kunci yang
menegaskan eksistensi seseorang. Sebab hanya dengan bergerak, jati diri akan
terlihat, dikenali, dan diakui.
Namun, lebih dari sekadar dorongan
filosofis atau motivasi sosial, Islam sebagai agama yang sempurna juga
memberikan landasan kuat atas pentingnya bergerak dan berbuat sebagai bagian
dari pembentukan identitas seorang mukmin.
Gerakan Adalah Penanda Eksistensi
Ketika seseorang mulai bergerak, ia
menciptakan gelombang realitas yang membuat keberadaannya dikenali. Dalam waktu
dan kondisi tertentu, seseorang dianggap ada karena tindakannya. Sebaliknya,
orang yang hanya berdiam diri tanpa kontribusi, cepat atau lambat akan
dilupakan oleh waktu.
Pandangan Islam juga menegaskan
bahwa manusia tidak diciptakan untuk pasif. Allah menciptakan manusia untuk
berkarya, beribadah, dan berbuat. Allah Swt berfirman dalam QS. At-Taubah: 105:
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ
وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ
Dan katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah,
rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan
dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia
akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”
(QS.
At-Taubah: 105)
Ayat ini menegaskan bahwa amal atau gerakan nyata dari
seorang hamba menjadi sesuatu yang diperhatikan, dinilai, dan menjadi cermin
dari siapa dirinya di hadapan Allah dan manusia.
Gerakan Luar Biasa Melahirkan Jati
Diri yang Kuat
Jati diri bukanlah sesuatu yang statis. Ia berkembang,
bertransformasi, dan terus berubah seiring waktu dan pengalaman. Tapi gerakan sebagai
ekspresi nyata dari kehendak selalu menjadi cerminnya. Ketika seseorang memilih
jalan tertentu dan terus melangkah di dalamnya, maka ia sedang menulis narasi
tentang siapa dirinya, nilai apa yang ia pegang, dan kemana ia menuju.
Seseorang yang konsisten membantu sesama, misalnya, akan dikenal
sebagai pribadi yang peduli dan berjiwa sosial. Bukan karena ia menyebut
dirinya demikian, melainkan karena gerakan-gerakannya yang nyata telah
menunjukkan itu. Dalam dunia yang penuh klaim, gerakan menjadi bukti yang
paling otentik dari jati diri seseorang.
Tidak semua gerakan menciptakan
perubahan besar. Tapi gerakan yang dilakukan dengan niat yang ikhlas, tujuan
yang jelas, dan dilakukan terus-menerus, akan melahirkan hasil luar biasa.
Bahkan Islam sangat menganjurkan umatnya untuk tidak hanya menjadi pengikut
arus, tetapi menjadi orang yang aktif, produktif, dan berkontribusi.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ
لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
manusia lainnya.”
(HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni)
Gerakan yang lahir dari semangat
memberi manfaat akan memperkuat identitas seseorang. Ia akan dikenali sebagai
pribadi yang hadir memberi nilai, bukan hanya menjadi beban. Dari gerakan
itulah jati diri tumbuh dan berkembang.
Gerakan Sebagai Refleksi Keimanan
Keimanan dalam Islam bukan sekadar
ucapan di lisan, tapi harus dibuktikan dengan amal nyata. Dalam QS. Al-‘Ashr:
1–3, Allah bersumpah atas waktu dan menegaskan bahwa manusia merugi kecuali
mereka yang beriman dan beramal saleh.
وَالْعَصْرِۙ ١,
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ
خُسْرٍۙ ٢
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا
الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ٣
“Demi
masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati untuk
kebenaran dan kesabaran.”
Artinya, iman tanpa
gerakan (amal) adalah iman yang rapuh. Seseorang akan benar-benar tampak jati
dirinya sebagai mukmin sejati ketika ia tidak hanya percaya, tapi juga bergerak
dan berbuat demi iman itu.
Jangan Takut Bergerak: Setiap
Langkah Dinilai Allah
Banyak orang enggan bergerak karena takut gagal, takut salah arah,
atau takut tidak diakui. Tapi justru dalam keberanian untuk bergerak itulah
terletak kunci pembentukan identitas sejati. Diam hanya memperpanjang
ketidakjelasan; bergerak membawa kejelasan, meskipun melalui jalan yang penuh
rintangan. Bahkan kegagalan sekalipun adalah bentuk eksistensi yang sah karena
ia menunjukkan bahwa seseorang telah mencoba dan belajar.
Gerakan adalah bentuk afirmasi terhadap keberadaan diri. Ia berkata,
"Aku di sini, aku melakukan sesuatu, aku punya makna."
Islam juga membesarkan hati
orang-orang yang bergerak meski langkahnya kecil. Allah tidak melihat hasil
akhir semata, tapi proses dan usaha setiap hamba. Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِنَّ اللّهَ لاَ
يَنظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ
وَأَعْمَالِكُمْ"
"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian,
tetapi Dia melihat hati dan amal kalian." (HR. Muslim)
Maka tak ada alasan untuk diam
karena merasa tak mampu. Setiap niat baik yang diiringi tindakan akan dinilai
dan dihargai oleh Allah Swt.
Bergeraklah, Maka Kamu Akan Menjadi
Dalam dunia yang terus berubah, satu-satunya cara untuk tetap nyata
adalah dengan terus bergerak. Dan setiap gerakan yang kita lakukan, sekecil
apapun, adalah batu bata yang membentuk bangunan jati diri kita. Maka, ayo
bergerak. Wujudkan potensi. Nyatakan keberadaanmu. Karena hanya dengan
bergerak, kamu benar-benar menjadi.
Akhirnya, "Bergeraklah ! Jati diri akan
tampak"
bukan sekadar slogan, atau ajakan untuk tidak menunggu keadaan ideal, akan tetapi
upaya menciptakan keadaan melalui
tindakan.
Dalam diam, identitas bisa kabur. Tapi dengan bergerak baik untuk memperbaiki
diri, membantu sesama, atau berkontribusi di masyarakats seseorang akan
dikenali sebagai pribadi yang hidup, hadir, dan bermakna.
Islam mengajarkan bahwa keberadaan
manusia harus memberi manfaat, menjadi rahmat, dan tampil sebagai representasi amal
saleh. Maka bergeraklah. Jangan menunggu dikenali untuk bertindak, bertindaklah
agar dikenali. Jangan menunggu jati diri terbentuk baru bergerak, bergeraklah
agar jati diri terbentuk.
Karena hanya dengan gerakan yang konsisten dan penuh makna, jati diri seorang hamba akan tampak di mata manusia, dan lebih penting lagi, di hadapan Allah Swt.
Penulis : Akhyak, S.Ag