Chanel Youtube


Idul Fitri: Kembali ke Fitrah, Kembali Istiqamah

 

Desain by Canva

Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, di mana umat Islam berlomba-lomba meningkatkan ibadah, ketaatan, dan kepedulian terhadap sesama. Selama sebulan penuh, kita menahan lapar dan dahaga, memperbanyak shalat malam, tadarus Al-Qur'an, dan bersedekah. Di penghujung Ramadhan, kita merayakan Idul Fitri, sebagai simbol kembali ke fitrah yaitu kondisi suci sebagaimana saat kita dilahirkan.


Namun, kembali ke fitrah tidak hanya berarti kembali bersih dari dosa. Lebih dari itu, ia merupakan awal dari perjalanan istiqamah dalam beribadah setelah Ramadhan berakhir. Pertanyaannya, apakah kita akan tetap menjaga ibadah tersebut atau kembali ke kebiasaan lama?


Allah SWT berfirman:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْن

"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang pasti (ajal)." (QS. Al-Hijr: 99)


Ayat ini mengingatkan kita bahwa ibadah tidak berhenti di akhir Ramadhan, tetapi harus berlanjut hingga akhir hayat.


Ramadhan: Bulan Latihan Menuju Istiqamah


Ramadhan sering disebut sebagai "madrasah ruhaniyah", tempat di mana kita berlatih menahan hawa nafsu dan membiasakan diri dalam kebaikan. Setelah sebulan penuh melatih diri, saatnya kita mengimplementasikan hasil latihan tersebut di bulan-bulan berikutnya.


Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

"Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (terus-menerus) walaupun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)


Hadits ini mengajarkan bahwa istiqamah (konsistensi) dalam beribadah lebih utama daripada banyaknya ibadah yang dilakukan hanya sesekali. Ramadhan mengajarkan kita untuk memulai kebiasaan baik dan menjadikannya bagian dari kehidupan sehari-hari.


Kembali ke Fitrah


Setelah Ramadhan, seorang hamba yang benar-benar kembali ke fitrah akan menunjukkan perubahan. Orang yang kembali ke fitrah tidak meninggalkan shalat malam, tadarus, atau shalat berjamaah setelah Ramadhan. Meskipun intensitasnya berkurang, semangatnya tetap menyala. Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar, tetapi juga memperbaiki akhlak. Setelah Ramadhan, orang yang kembali ke fitrah akan lebih sabar, pemaaf, dan peduli terhadap sesama.


Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا

"Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Bukhari dan Muslim)


Jika selama Ramadhan kita rajin bersedekah dan membantu sesama, setelah Ramadhan kebiasaan itu tidak berhenti. Kebaikan menjadi karakter yang melekat dalam kehidupan sehari-hari. Setelah Ramadhan, puasa Syawal menjadi amalan yang sangat dianjurkan untuk melanjutkan semangat puasa. Rasulullah saw bersabda:


مَنْ صَامَ رَمَضانَ ثُمَّ أَتَبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كانَ كصِيَامِ الدَّهْرِ


"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian melanjutkannya dengan enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa selama setahun penuh." (HR. Muslim)


Selain puasa, shalat Dhuha, shalat Tahajud, dan membaca Al-Qur'an menjadi amalan rutin yang terus dilakukan.


Mengapa Istiqamah Setelah Ramadhan Itu Sulit?


Banyak orang merasakan penurunan semangat beribadah setelah Ramadhan. Beberapa penyebabnya antara lain:


1.        Tidak Ada Nuansa Kolektif

Selama Ramadhan, suasana lingkungan mendukung untuk beribadah, mulai dari shalat tarawih berjamaah, tadarus bersama, hingga berbagi takjil. Setelah Ramadhan, suasana ini memudar.


2.        Motivasi yang Salah

Sebagian orang beribadah lebih karena ikut-ikutan atau ingin dipuji, bukan karena kesadaran diri. Ketika Ramadhan usai, motivasi tersebut hilang.


3.        Godaan Hawa Nafsu dan Lingkungan

Godaan duniawi dan lingkungan yang kurang mendukung membuat istiqamah terasa berat.


Daripada memaksakan ibadah berat, mulailah dari amalan kecil tapi rutin, seperti membaca 1 halaman Al-Qur'an setiap hari atau shalat Dhuha 2 rakaat. Jadikan kebiasaan Ramadhan seperti shalat berjamaah, sedekah, dan berzikir sebagai bagian dari rutinitas harian. Lingkungan sangat memengaruhi semangat beribadah. Bergabunglah dengan komunitas atau majelis taklim yang saling mengingatkan dalam kebaikan. Memperbarui niat dan memohon keteguhan hati kepada Allah sangat penting. Rasulullah saw sering berdoa:


يَامُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِيْنِكَ


(Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.) (HR. Tirmidzi)


Kembali ke fitrah setelah Ramadhan bukan hanya tentang merayakan Idul Fitri dan berakhirnya puasa. Lebih dari itu, ia adalah awal dari perjalanan istiqamah dalam beribadah.


Ramadhan adalah bulan melatih diri, dan setelah Ramadhan adalah waktu untuk membuktikan hasil latihan tersebut. Jangan sampai kita menjadi hamba yang bersemangat di Ramadhan, tetapi kembali ke kebiasaan buruk setelahnya.


Allah SWT berfirman:

وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّتِيْ نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَاثًاۗ


"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali." (QS. An-Nahl: 92)


Semoga kita menjadi hamba yang istiqamah dalam kebaikan, tidak hanya di bulan Ramadhan, tetapi sepanjang hidup kita. Aamiin ya Rabbal 'alamin.


Penulis : Ahmad Afwan Yazid, M.Pd

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url