Idul Fitri: Kembali ke Fitrah, Kembali Istiqamah
![]() |
Desain by Canva |
Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, di mana
umat Islam berlomba-lomba meningkatkan ibadah, ketaatan, dan kepedulian
terhadap sesama. Selama sebulan penuh, kita menahan lapar dan dahaga,
memperbanyak shalat malam, tadarus Al-Qur'an, dan bersedekah. Di penghujung
Ramadhan, kita merayakan Idul Fitri, sebagai simbol kembali ke fitrah yaitu
kondisi suci sebagaimana saat kita dilahirkan.
Namun, kembali ke fitrah tidak hanya berarti
kembali bersih dari dosa. Lebih dari itu, ia merupakan awal dari perjalanan
istiqamah dalam beribadah setelah Ramadhan berakhir. Pertanyaannya, apakah kita
akan tetap menjaga ibadah tersebut atau kembali ke kebiasaan lama?
Allah SWT berfirman:
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى
يَأْتِيَكَ الْيَقِيْن
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang
kepadamu yang pasti (ajal)." (QS. Al-Hijr: 99)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa ibadah tidak
berhenti di akhir Ramadhan, tetapi harus berlanjut hingga akhir hayat.
Ramadhan:
Bulan Latihan Menuju Istiqamah
Ramadhan sering disebut sebagai "madrasah
ruhaniyah", tempat di mana kita berlatih menahan hawa nafsu dan
membiasakan diri dalam kebaikan. Setelah sebulan penuh melatih diri, saatnya
kita mengimplementasikan hasil latihan tersebut di bulan-bulan berikutnya.
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى
اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
"Amalan yang paling dicintai oleh Allah
adalah amalan yang kontinu (terus-menerus) walaupun sedikit." (HR. Bukhari
dan Muslim)
Hadits ini mengajarkan bahwa istiqamah
(konsistensi) dalam beribadah lebih utama daripada banyaknya ibadah yang
dilakukan hanya sesekali. Ramadhan mengajarkan kita untuk memulai kebiasaan
baik dan menjadikannya bagian dari kehidupan sehari-hari.
Kembali
ke Fitrah
Setelah Ramadhan, seorang hamba yang
benar-benar kembali ke fitrah akan menunjukkan perubahan. Orang yang kembali ke
fitrah tidak meninggalkan shalat malam, tadarus, atau shalat berjamaah setelah
Ramadhan. Meskipun intensitasnya berkurang, semangatnya tetap menyala. Ramadhan
bukan hanya tentang menahan lapar, tetapi juga memperbaiki akhlak. Setelah
Ramadhan, orang yang kembali ke fitrah akan lebih sabar, pemaaf, dan peduli
terhadap sesama.
Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ خِيَارَكُمْ
أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا
"Orang yang paling baik di antara kalian
adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika selama Ramadhan kita rajin bersedekah
dan membantu sesama, setelah Ramadhan kebiasaan itu tidak berhenti. Kebaikan
menjadi karakter yang melekat dalam kehidupan sehari-hari. Setelah Ramadhan, puasa
Syawal menjadi amalan yang sangat dianjurkan untuk melanjutkan semangat puasa.
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضانَ ثُمَّ
أَتَبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كانَ كصِيَامِ الدَّهْرِ
"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan
kemudian melanjutkannya dengan enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti
berpuasa selama setahun penuh." (HR. Muslim)
Selain puasa, shalat Dhuha, shalat Tahajud,
dan membaca Al-Qur'an menjadi amalan rutin yang terus dilakukan.
Mengapa
Istiqamah Setelah Ramadhan Itu Sulit?
Banyak orang merasakan penurunan semangat
beribadah setelah Ramadhan. Beberapa penyebabnya antara lain:
1.
Tidak Ada Nuansa Kolektif
Selama
Ramadhan, suasana lingkungan mendukung untuk beribadah, mulai dari shalat
tarawih berjamaah, tadarus bersama, hingga berbagi takjil. Setelah Ramadhan,
suasana ini memudar.
2.
Motivasi yang Salah
Sebagian
orang beribadah lebih karena ikut-ikutan atau ingin dipuji, bukan karena
kesadaran diri. Ketika Ramadhan usai, motivasi tersebut hilang.
3.
Godaan Hawa Nafsu dan
Lingkungan
Godaan
duniawi dan lingkungan yang kurang mendukung membuat istiqamah terasa berat.
Daripada memaksakan ibadah berat, mulailah
dari amalan kecil tapi rutin, seperti membaca 1 halaman Al-Qur'an setiap hari
atau shalat Dhuha 2 rakaat. Jadikan kebiasaan Ramadhan seperti shalat berjamaah,
sedekah, dan berzikir sebagai bagian dari rutinitas harian. Lingkungan sangat
memengaruhi semangat beribadah. Bergabunglah dengan komunitas atau majelis
taklim yang saling mengingatkan dalam kebaikan. Memperbarui niat dan memohon
keteguhan hati kepada Allah sangat penting. Rasulullah saw sering berdoa:
يَامُقَلِّبَ
الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِيْنِكَ
(Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati,
tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.) (HR. Tirmidzi)
Kembali ke fitrah setelah Ramadhan bukan
hanya tentang merayakan Idul Fitri dan berakhirnya puasa. Lebih dari itu, ia
adalah awal dari perjalanan istiqamah dalam beribadah.
Ramadhan adalah bulan melatih diri, dan
setelah Ramadhan adalah waktu untuk membuktikan hasil latihan tersebut. Jangan
sampai kita menjadi hamba yang bersemangat di Ramadhan, tetapi kembali ke
kebiasaan buruk setelahnya.
Allah SWT berfirman:
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّتِيْ
نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَاثًاۗ
"Dan janganlah kamu seperti seorang
perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi
cerai-berai kembali." (QS. An-Nahl: 92)
Semoga kita menjadi hamba yang istiqamah
dalam kebaikan, tidak hanya di bulan Ramadhan, tetapi sepanjang hidup kita. Aamiin
ya Rabbal 'alamin.
Penulis : Ahmad Afwan Yazid, M.Pd