INTEGRASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM PENDIDIKAN STEM
![]() |
Sumber gambar by canva.com |
Dalam Rangka menyiapkan generasi abad 21 untuk
menyongsong era Revolusi Industri 4.0,
diperlukan pendekatan strategis yang terintegrasi antara pendidikan, penguasaan
teknologi, dan pembangunan karakter. Hal ini juga merujuk kepada cita-cita
bangsa tentang generasi Emas 2045 yang merupakan wacana dan gagasan dalam
rangka mempersiapkan para generasi muda Indonesia yang berkualitas,
berkompeten, dan berdaya saing tinggi. Tentu dalam hal pendidikan khususnya kita
guru Pendidikan Agama Islam tidak tinggal diam dalam mempersiapkan generasi
tersebut, harus turut hadir hingga tercapainya generasi 4.0 atau generasi emas
2045 yang islami.
Pendidikan
STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) telah menjadi fokus
utama dalam pendidikan global untuk mempersiapkan generasi yang mampu bersaing
di era revolusi industri 4.0. Namun, pendekatan STEM yang murni berfokus pada
hasil ilmiah sering kali mengabaikan aspek moral dan spiritual. Dalam konteks
Islam, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan intelektual, tetapi
juga untuk membentuk akhlak mulia. Oleh karena itu, integrasi nilai-nilai Islam
dalam pendidikan STEM sangat dibutuhkan untuk membangun generasi yang tidak
hanya kompeten, tetapi juga memiliki landasan moral yang kuat.
Integrasi
nilai-nilai Islam dalam pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, and
Mathematics) merupakan pendekatan yang memadukan ilmu pengetahuan modern dengan
prinsip-prinsip Islami. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan pembelajaran
yang tidak hanya berorientasi pada kemampuan akademis dan teknis, tetapi juga
membentuk akhlak, etika, dan spiritualitas siswa.
Integrasi
nilai-nilai Islam dengan Pendidikan STEM ini juga berdasarkan dengan hadis Nabi
Muhammad SAW. Yang berbunyi, “Barang siapa menghendaki kebaika di dunia maka
dengan ilmu. Barang siapa menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu.”
(HR. Bukhari dan Muslim). Pelajaran agama islam bagi peserta didik diharapkan
tidak hanya mencari bekal beharga untuk kehidupan dunia saja, namum juga
peserta didik dapat mempersiapkan kehidupan yang kekal di akhirat kelak. Dengan
demikian, Pendidikan Agama islam berutmpu kepada dua hal sekaligus, yaitu
Pendidikan dunia dan pendidkan akhirat. Diharapakn itregrasi nilai-nilai islam
dengan Pendidikan STEM ini dapat terus berkembang sehingga dapat kita
manfaatkan Bersama.
Berikut
adalah cara-cara untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam pendidikan
STEM:
1.
Tauhid sebagai Landasan Ilmu
·
Penekanan
pada kebesaran Allah: Setiap konsep
dalam STEM dapat dihubungkan dengan kebesaran ciptaan Allah. Misalnya, ketika
mempelajari IPAS materi Cahaya dan Sifatnya, siswa diingatkan bahwa persitiwa
tersebut adalah sunatullah (aturan yang Allah tetapkan di alam semesta).
·
Ayat-ayat
Kauniyah: Mengaitkan pembelajaran dengan
ayat-ayat Al-Qur'an yang relevan, seperti QS. Al-Baqarah:164 yang berbicara
tentang tanda-tanda kebesaran Allah di alam.
2.
Akhlak dalam Penelitian dan Inovasi
· Kejujuran dalam Sains: Menanamkan nilai kejujuran, Ketika melakukan penelitian peserta
didik diharapkan memiliki akhlak jujur dalam menyampaikan atau Ketika meniliti,
seperti tidak memalsukan data penelitian, karena Islam melarang kebohongan sesuai
dengan (QS. Al-Ahzab:70).
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.
· Manfaat bagi Umat: Mendorong peserta didik untuk menciptakan teknologi atau inovasi
yang memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sesuai dengan prinsip
rahmatan lil alamin.
3.
Pendekatan Interdisipliner dengan Perspektif Islam
Pendekatan interdisipliner adalah
pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai
sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Sehingga
Peserta didik dapat memecahkan suatu masalah atau perkara yang mereka hadai
menggunakan berbagai sudut pandang dengan tetap berlandaskan keimanan yang kuat
agar masalah dapat berakhir dengan baik tanpa menimbulkan konflik yang
bekepanjangan.
Seperti yang dilakukan oleh para
ilmuan Muslim terdahulu, yang ilmu dan jasanya kita pakai hingga sekarang:
- Matematika: Mengajarkan pola atau angka melalui
sejarah peradaban Islam, seperti kontribusi ilmuwan Muslim (Muḥammad ibn
Mūsā al-Khwārizmī dalam jasanya aljabar).
- Teknologi: Mengembangkan teknologi dengan kesadaran
tanggung jawab kepada Allah dan manusia. Misalnya, membahas etika
penggunaan teknologi AI dalam Islam.
- Ekologi
dan Rekayasa: Mengintegrasikan
konsep khalifah (pemelihara bumi) dalam proyek rekayasa lingkungan.
4.
Proyek dan Pembelajaran Berbasis Masalah
- Melibatkan
peserta didik dalam proyek yang berbasis masalah dunia nyata, seperti
mendesain teknologi hemat energi, dengan memperhatikan prinsip tasawwuf
(kesederhanaan) dan tawazun (keseimbangan).
- Membahas
isu global seperti perubahan iklim dari sudut pandang Islam, menekankan
tanggung jawab manusia sebagai penjaga bumi (QS. Al-A'raf:56).
5. Pembelajaran Spiritual dan Refleksi
- Memberikan
waktu untuk refleksi spiritual selama atau setelah pelajaran STEM, agar peserta
didik menyadari bahwa ilmu yang dipelajari adalah bagian dari pencarian
makna keberadaan manusia dalam konteks ibadah kepada Allah.
- Misalnya,
setelah mempelajari IPAS materi Bagaimana Kita Hidup dan Bertumbuh, peserta
didik diajak merenungkan QS. Al-Mu'minun:14 tentang penciptaan manusia.
6.
Pengenalan Ilmuwan Muslim
·
Mengajarkan
sejarah tokoh-tokoh Muslim dalam STEM, seperti
1)
Abū
ʿAlī al-Ḥusayn ibn ʿAbd Allāh ibn al-Ḥasan ibn ʿAlī ibn Sīnā lebih kita kenal dengan Ibnu Sina yang ahli dalam ilmu kedokteran.
2)
Abū
ʿAlī al-Ḥasan ibn al-Ḥasan ibn al-Haytham yang
juga lebih kita kenal dengan nama Ibnu Haytham yang terkenal dengan ilmu optik,
yang merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari sifat cahaya dan cara cahaya
berinteraksi dengan benda. Dalam optik, kita mempelajari tentang pembiasan,
pemantulan, pembelokan, dan dispersi cahaya.
3)
Muhammad
bin Musa bin Shakir Banu Musa yang
lebih dikenal dengan nama Banu Musa ahli dalam bidang ilmu teknologi mekanis.
Ini memberikan inspirasi kepada siswa bahwa Islam mendukung ilmu
pengetahuan dan inovasi.
7.
Pembentukan Karakter Islami melalui STEM
- Mendorong
rasa syukur kepada Allah dengan menanamkan kepada peserta didik bahwa
segala kemajuan ilmu adalah anugerah-Nya.
- Mengajarkan
sikap rendah hati dalam menghadapi keterbatasan pengetahuan manusia
dibandingkan dengan ilmu Allah yang Maha Luas (QS. Al-Kahfi:109).
Penulis : Mukrim Nugroho, S.Pd
Asal Sekolah : SDN Pisangcandi 4