Cara Mendidik Anak Dengan 5 Metode Kitab Tarbiyatul Aulad
Sungguh beruntung dan berbahagialah orang tua yang telah mendidik anak-anak mereka sehingga menjadi anak yang shalih, yang selalu membantu orang tuanya, mendo’akan orang tuanya, membahagiakan mereka dan menjaga nama baik kedua orang tua. Karena anak yang shalih akan senantiasa menjadi investasi pahala, sehingga orang tua akan mendapat aliran pahala dari anak shalih yang dimilikinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ
انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ
أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seorang telah meninggal dunia, maka
seluruh amalnya terputus kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim: 1631).
Untuk mewujudkan anak-anak menjadi anak sholih setiap
orang tua menginginkan metode pendidikan terbaik untuk anaknya. Dalam Islam
sendiri, ada lima metode dalam mendidik anak yang dituliskan dalam Kitab
Tarbiyatul Aulad fil Islam karya Abdullah Nashih ‘Ulwan:
1. Keteladanan atau Qudwah
Cara mendidik anak yang pertama
adalah melalui metode keteladanan. Karena anak akan meniru apa yang dillihat
dan didengar. Jika ingin memiliki anak sholeh, maka sholehan orang tua juga
yang perlu ditunjukkan pada anak.
Memang tidak ada orang tua yang sempurna, tetapi
selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Karena jika orang tua memperbaiki
kualitas diri, anak pun akan mengikuti. Seperti apa yang orang tua harapkan
pada anak, seperti itulah yang harus dilakukan. Jika ingin anak rajin shalat,
maka orang tua juga harus rajin shalat.
2. Pembiasaan atau ‘aadah
Cara mendidik anak yang kedua
adalah dengan metode pembiasaan atau ‘aadah. Sesuatu yang dilakukan secara
berulang-ulang dan konsisten akan menjadi kebiasaan. Hal-hal baik harus
dibiasakan sejak dini. Contohnya, anak yang dibiasakan untuk membuang sampah
pada tempatnya sejak masih kecil akan terbiasa hingga dewasa.
3. Pemberian nasihat atau mauidzah
Adapun cara mendidik anak yang
ketiga adalah melalui metode pemberian nasihat atau mauidzah. Tidak semua hal
bisa diajarkan melalui perbuatan, ada juga hal-hal yang harus disampaikan
secara lisan.
Agar tidak terkesan menggurui dan terasa berat bagi
anak, penyampaian nasihat atau nilai kebaikan bisa melalui cerita, contoh
kejadian sehari-hari atau disampaikan secara langsung dengan penjelasan
sederhana.
4. Pengawasan atau mulahadzah
Selanjutnya cara mendidik yang
keempat adalah denagn metode pengawasan atau mulahadzah. Layaknya sebuah
tanaman, perlu dirawat, diberi pupuk, dan dijaga dari gangguan hama agar dapat
tumbuh dengan baik. Begitulah seorang anak. Agar tumbuh menjadi anak yang
sholeh perlu perawatan dan pengawasan yang tepat.
Mengawasi anak bak manarik ulur saat bermain
layangan. Ada masanya anak harus dilepas agar ia tetap bereksplorasi dan
belajar banyak hal, namun orang tua tetap perlu mengawasi. Ada masanya pula
orang tua harus menarik dan mencegah anak dari hal-hal negatif dan berbahaya.
5. Pemberian sanksi atau uqubat
Yang kelima, cara dalam mendidik
anak sesuai kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam adalah pemberian sanksi atau
uqubat.
Abdullah Nashih ‘Ulwan
menjelaskan bahwa pemberian sanksi atau hukuman haruslah berdasarkan kasih
sayang, bukan karena semata-mata kesal ataupun dendam. Sebelum memberi hukuman,
ada tahapan yang harus dilalui.
Apabila anak melakukan kesalahan
hendaknya orang tua atau pendidik melakukan teguran terlebih dahulu. Jika
teguran tidak membuatnya berubah, beri peringatan dan nasihat-nasihat yang
dapat mencegah anak melakukan pelanggaran. Apapun itu, hukuman adalah jalan
terakhir yang harus ditempuh jika memang anak belum berhenti mengulangi
kesalahannya.
Sebelum menentukan hukuman,
orang tua atau pendidik harus menimbang hukuman yang diberikan harus sesuai
dengan kesalahannya, memahami latar belakang si anak dan ada kesepakatan dengan
anak yang bersangkutan.
Sekali lagi, pemberian hukuman
adalah jalan terakhir. Sebelumnya cari tahu terlebih dahulu penyebab anak
melakukan kesalahan itu. Dengan begitu anak tidak merasa dihakimi secara
sepihak.
Metode dalam mendidik anak,
apapun yang digunakan, hanya akan bekerja secara maksimal saat orang tua
ataupun pendidik menyertakan hati dan kasih sayang di dalamnya. Saat ada
keterikatan dan kasih sayang yang kuat antara anak dan orang tua, maka akan
lebih mudah untuk saling memahami.
Sumber: https://muslim.or.id/20835-pendidikan-anak-tanggung-jawab-siapa.html
Abdullah Nashih Ulwan, 1983,
Tarbiyatul al-Aulad fi al-Islam, Jilid II Beirut: Dar al-Salam.
Trimakasih ilmibya