Chanel Youtube


Cara Mendidik Anak Dengan 5 Metode Kitab Tarbiyatul Aulad


 Sungguh beruntung dan berbahagialah orang tua yang telah mendidik anak-anak mereka sehingga menjadi anak yang shalih, yang selalu membantu orang tuanya, mendo’akan orang tuanya, membahagiakan mereka dan menjaga nama baik kedua orang tua. Karena anak yang shalih akan senantiasa menjadi investasi pahala, sehingga orang tua akan mendapat aliran pahala dari anak shalih yang dimilikinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila seorang telah meninggal dunia, maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim: 1631).

Untuk mewujudkan anak-anak menjadi anak sholih setiap orang tua menginginkan metode pendidikan terbaik untuk anaknya. Dalam Islam sendiri, ada lima metode dalam mendidik anak yang dituliskan dalam Kitab Tarbiyatul Aulad fil Islam karya Abdullah Nashih ‘Ulwan:

1.      Keteladanan atau Qudwah

Cara mendidik anak yang pertama adalah melalui metode keteladanan. Karena anak akan meniru apa yang dillihat dan didengar. Jika ingin memiliki anak sholeh, maka sholehan orang tua juga yang perlu ditunjukkan pada anak.

Memang tidak ada orang tua yang sempurna, tetapi selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Karena jika orang tua memperbaiki kualitas diri, anak pun akan mengikuti. Seperti apa yang orang tua harapkan pada anak, seperti itulah yang harus dilakukan. Jika ingin anak rajin shalat, maka orang tua juga harus rajin shalat.

2.      Pembiasaan atau ‘aadah

Cara mendidik anak yang kedua adalah dengan metode pembiasaan atau ‘aadah. Sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang dan konsisten akan menjadi kebiasaan. Hal-hal baik harus dibiasakan sejak dini. Contohnya, anak yang dibiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya sejak masih kecil akan terbiasa hingga dewasa.

3.      Pemberian nasihat atau mauidzah

Adapun cara mendidik anak yang ketiga adalah melalui metode pemberian nasihat atau mauidzah. Tidak semua hal bisa diajarkan melalui perbuatan, ada juga hal-hal yang harus disampaikan secara lisan.

Agar tidak terkesan menggurui dan terasa berat bagi anak, penyampaian nasihat atau nilai kebaikan bisa melalui cerita, contoh kejadian sehari-hari atau disampaikan secara langsung dengan penjelasan sederhana.

4.      Pengawasan atau mulahadzah

Selanjutnya cara mendidik yang keempat adalah denagn metode pengawasan atau mulahadzah. Layaknya sebuah tanaman, perlu dirawat, diberi pupuk, dan dijaga dari gangguan hama agar dapat tumbuh dengan baik. Begitulah seorang anak. Agar tumbuh menjadi anak yang sholeh perlu perawatan dan pengawasan yang tepat.

Mengawasi anak bak manarik ulur saat bermain layangan. Ada masanya anak harus dilepas agar ia tetap bereksplorasi dan belajar banyak hal, namun orang tua tetap perlu mengawasi. Ada masanya pula orang tua harus menarik dan mencegah anak dari hal-hal negatif dan berbahaya.

5.      Pemberian sanksi atau uqubat

Yang kelima, cara dalam mendidik anak sesuai kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam adalah pemberian sanksi atau uqubat.

Abdullah Nashih ‘Ulwan menjelaskan bahwa pemberian sanksi atau hukuman haruslah berdasarkan kasih sayang, bukan karena semata-mata kesal ataupun dendam. Sebelum memberi hukuman, ada tahapan yang harus dilalui.

Apabila anak melakukan kesalahan hendaknya orang tua atau pendidik melakukan teguran terlebih dahulu. Jika teguran tidak membuatnya berubah, beri peringatan dan nasihat-nasihat yang dapat mencegah anak melakukan pelanggaran. Apapun itu, hukuman adalah jalan terakhir yang harus ditempuh jika memang anak belum berhenti mengulangi kesalahannya.

Sebelum menentukan hukuman, orang tua atau pendidik harus menimbang hukuman yang diberikan harus sesuai dengan kesalahannya, memahami latar belakang si anak dan ada kesepakatan dengan anak yang bersangkutan.

Sekali lagi, pemberian hukuman adalah jalan terakhir. Sebelumnya cari tahu terlebih dahulu penyebab anak melakukan kesalahan itu. Dengan begitu anak tidak merasa dihakimi secara sepihak.

Metode dalam mendidik anak, apapun yang digunakan, hanya akan bekerja secara maksimal saat orang tua ataupun pendidik menyertakan hati dan kasih sayang di dalamnya. Saat ada keterikatan dan kasih sayang yang kuat antara anak dan orang tua, maka akan lebih mudah untuk saling memahami.

 


Sumber: https://muslim.or.id/20835-pendidikan-anak-tanggung-jawab-siapa.html
Abdullah Nashih Ulwan, 1983, Tarbiyatul al-Aulad fi al-Islam, Jilid II Beirut: Dar al-Salam.

Abdullah Nashih Ulwan, 2015, Pendidikan Anak dalam Islam, Solo: Insan Kamil.
Next Post Previous Post
1 Comments
  • Komentar utk siswa
    Komentar utk siswa 3 November 2024 pukul 18.07

    Trimakasih ilmibya

Add Comment
comment url